Seperlima abad bukanlah waktu yang singkat dalam beberapa
kondisi, waktu selama itu cukup untuk menyadari beberapa kebenaran maupun
keburukan, waktu selama itu cukup untuk membedakan apa itu pahala apa itu dosa.
Rasanya sih seperti itu di usia 20 tahunku ini.
Berkat usiaku yang ini, Ibu mulai mengiyakan omongan-
omonganku. kakakpun begitu, sebagian besar pernyataanku mereka benarkan. Adikkupun
terpengaruhi, agaknya dia sudah bisa menerima apa yang kusugestikan padanya.
Waktu terasa begitu mengerikan apabila sesaat kita
mengingat- ngingat dosa apa saja sudah kita perbuat. Lebih mengerikan lagi
apabila kita mengingat akan kesadaran kita akan dosa yang terkadang terlewat. Terkadang di
benak muncul seperti “ Ya Allah, apa yang telah kuperbuat?”
Sebenarnya itu semua bisa diatasi dan tak jadi masalah
apabila selambat –lambatnya kita dapat mengalami dan tahu apa itu taubat. Sayangnya
ada manusia yang sama tak beruntungnya seperti Fir’aun yang tak diberi
kesempatan oleh kematian untuk menyadari apa itu taubat. Semoga kita dijauhi dari
nasib sekonyol itu. Bagaimanapun caranya, sebisa mungkin, apapun yang terjadi,
sadar akan taubat itu harus kita dapatkan, karena kematian tak pernah menjanjikan
waktu kapan dia akan datang.
Ketika usia ini
berada di masa kanak- kanak, kita hanya diberitahu guru bahwa mencuri itu
perbuatan tercela, sedangkan sedekah itu perbuatan terpuji. Kita sebatas tahu
tapi tak sadar mengapa hal – hal itu ditetapkan seperti itu. Sampai akhirnya
pengetahuan kita bertambah, pola pikir kita berkembang, kesadaran kita menguat.
‘Ternyata benar’, ‘Ternyata salah’, ‘Ternyata gak sepenuhnya
seperti itu’mungkin pernyataan- pernyataan seperti itu yang kita sadari di usia
ini atas jawaban apa saja yang telah kita pertanyakan selama ini. Itu
disebabkan karena kita berpikir, kita dianugerahkan pikiran yang tak semua
Makhluk hidup dapatkan.
Sesungguhnya apabila kita mau berpikir, membuang
kesombongan, membuka hati, kebenaran- kebenaran itu akan mudah didapatkan. Karena mereka jelas,
yang membuatnya tak jelas yaitu kesombongan, ketidak mauan untuk berpikir, dan
menutup diri.
Sampai di usia ini, aku sudah cukup puas dengan apa yang
kuyakini. Sampai disaat ini, usaha- usahaku untuk menemukan jawaban- jawaban
sewaktu masih kecil agaknya membuahkan hasil yang memuaskan. Karena kondisiku
saat ini sudah sangat yakin akan banyak hal
terutama hal- hal yang menyangkut kebenaran dan ketidakbenaran. Setidaknya
aku yang sekarang takkan lagi menjawab ‘karena
Bapakku Islam’ ketika aku ditanya ‘mengapa
kamu Islam?’. Setidaknya aku yang sekarang tahu mengapa Liberalisme,
Sekularisme, Pluralisme itu faham- faham yang gagal sebagai solusi, faham yang
salah.
Hanya ikan yang mati yang terbawa arus air.
Jangan terbodohi oleh lingkungan. Apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa
yang kita rasakan tak jarang tak sesuai dengan kenyataannya. Oleh karena itu, menyaring informasi merupakan
tindakan yang tepat di era pembodohan ini.
Sebenarnya, hal ini tak ditentukan oleh sudah berapa lama
kita hidup, tapi hal ini tergantung pada seberapa lama kita mencari tahu,
berpikir, dan membuka hati. Karena tak sedikit manusia yang masa hidupnya hanya
dipenuhi dengan putus asa akan hidup, acuh akan kebenaran, enggan untuk
berpikir, terlalu cinta dunia, sombong untuk menyadari kebaikan.
Oleh karena itu kawanku, mari semangat untuk menemukan
kebenaran itu, mari berpikir, buang kesombongan, itu sungguh tak layak untuk kita,
mulailah membuka diri akan kebenaran kebenaran yang ada. Mungkin engkau lebih lama
hidup di dunia ini, mungkin status sosialmu lebih tinggi daripada aku, namun
itu tak menjamin bahwa kaulah yang paling benar, begitupun diriku bukan
bermaksud untuk ‘sok bener’. Namun, mengajak untuk berpikir adalah aktivitas
lintas usia, lintas kalangan. Apabila akhirnya kita menemukan hal yang berbeda,
maka itupun tak apa. Namun sayangnya kebenaran itu hanya satu. Jika tak benar,
maka salah. Jika aku yang salah, maka dirimu yang benar. Begitupun sebaliknya J
Agaknya sekian untuk coretan di Shubuh ini, Maafkan apabila
tulisannya terlalu biasa, maaf pula apabila ada kesalahan dalam tulisan ini,
hal itu biasa untuk kita manusia. Semoga manfaat yang kuharapkan dari coretan ini bisa
terwujud.
Aamiin.